SEJAK zaman Belanda Kota Tegal dikenal sebagai pusat perdagangan. Letak geografisnya cukup strategis karena di persimpangan jalan Tegal, Jakarta, Semarang, dan Purwokerto. Kota ini sering dipakai untuk transit pemasaran produk dari daerah sekitar seperti Kabupaten Tegal, Brebes, Pekalongan, dan Pemalang, sebelum dipasarkan ke kota-kota besar lain ataupun ke luar negeri.
Munculnya mal-mal, pasar swalayan, dan pertokoan membuat detak perdagangan di Kota Tegal semakin cepat. Tahun 2002 hadir tujuh pasar swalayan. Timbulnya kecenderungan masyarakat untuk wisata belanja seperti yang dilakukan masyarakat Jakarta, Semarang, dan Surabaya, sudah merasuk ke masyarakat Kota Tegal. Demikian pula tempat belanja sekaligus tempat rekreasi untuk anak-anak. Tahun 2003 dibuka tiga mal yaitu Mal Pasific, Mal Dedy Jaya, dan Mal Rita Super.
Produk yang diperdagangkan di Kota Tegal bervariasi. Sebagian berasal dari produk lokal seperti hasil industri pengerjaan logam, teh wangi, kok bulu tangkis. Ada juga yang berasal dari luar daerah seperti hasil pertanian bawang merah dari Brebes, terasi yang sebagian didatangkan dari Sidoarjo, serta produk garmen yang sebagian dari Jawa Barat.
Menjamurnya usaha perdagangan menambah semarak Kota Tegal. Sampai tahun 2002 Dinas Perindustrian dan Perdagangan menerbitkan 354 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan 343 tanda daftar perusahaan (TDP).
Melalui perusahaan perdagangan yang terdaftar di Kota Tegal, produk dari daerah lain dapat dipasarkan. Misalnya, produk sapu lantai yang khusus dibuat dari bahan shorgum -sejenis padi-padian-di Kabupaten Tegal. Pengolahannya dilakukan dengan industri rumahan. Setelah jadi, sapu tersebut disetor ke perusahaan pengumpul di Kota Tegal untuk pengolahan akhir dan pengemasan. Selanjutnya oleh eksportir PT Sorgum Tani Baru diekspor ke Taiwan.
Namun, sejak tahun 2000 permintaan sapu lantai turun 50 persen, karena kalah bersaing dengan produk negara lain. Tahun 2002 volume ekspor sapu tersebut tinggal 137 kuintal dengan nilai 373.000 dollar AS. Kondisi ini juga berlaku bagi ekspor gantungan baju atau hanger ke Jepang yang turun hingga 66 persen. Tahun 2002, pesanan hanger 47 ton dengan nilai 55.000 dollar AS.
Perdagangan menjadi penggerak utama kegiatan perekonomian Kota Tegal. Tahun 2001 lapangan usaha ini menyumbang Rp 164 milyar. Penyerapan tenaga kerja juga paling besar dibanding lapangan usaha lain seperti industri pengolahan dan jasa. Data Sensus Penduduk tahun 2000 menyebutkan 34 persen penduduk Kota Tegal bekerja di bidang perniagaan.
Industri pengolahan menjadi andalan kedua kegiatan ekonomi kota ini. Di antaranya industri logam dan cor logam meliputi pembuatan mesin industri, komponen mesin industri, komponen kendaraan bermotor, komponen mesin tenun. Kegiatan industri ini dipusatkan di Kecamatan Tegal Timur dan Tegal Selatan. Pembuatan barang industri ini kebanyakan berdasarkan pesanan, di antaranya dari perusahaan otomotif seperti Astra, perusahaan elektronik seperti Panasonic Gobel. Komponen ini umumnya dibuat dalam bentuk kosongan tanpa label, yang kemudian dibawa ke Jakarta untuk diberi label.
Industri kok bulu tangkis (shuttle cock) cukup berkembang di Kota Tegal. Model pengerjaannya secara home industry. Kegiatan ini banyak dijumpai di Kecamatan Tegal Timur dan Tegal Selatan. Namun, bahan baku seperti gabus dan lem masih harus diimpor dari Thailand dan Korea Selatan, sedangkan bulu angsa didatangkan dari di Jawa Timur dan Kabupaten Tegal. Sementara itu, mutu dan kualitas kok tidak diragukan lagi. Paling tidak ada tiga merek kok bulu tangkis yang memperoleh sertifikat kelayakan dari International Badminton Federation (IBF) masing-masing Garuda, Gajah Mada, dan Sinar Mutiara.
Teh wangi, salah satu produk andalan kota ini, juga sempat meraih pasar dunia yang diekspor ke Jepang, Eropa, dan Selandia Baru. Namun, data ekspor teh tersebut tidak ada lagi di Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Ada kecenderungan pengusaha memasarkan langsung melalui pelabuhan seperti Tanjung Priok di Jakarta dan Tanjung Mas di Semarang.
Bahan baku teh wangi tersebut berasal dari Kabupaten Tegal dan sekitarnya. Sebesar 70 persen kegiatan produksi teh dilakukan di Kabupaten Tegal, sisanya diolah di Kota Tegal. Perusahaan teh yang berproduksi di Kota Tegal antara lain Teh Gentong, Teteco, Dua Burung, dan Sumber Rejeki. Tahun 2001 industri teh wangi ini memproduksi 580 ton teh dengan nilai produksi Rp 3,4 juta. Pemasarannya memenuhi kebutuhan lokal atau regional.
Di sini keterkaitan saling membutuhkan antara Kabupaten Tegal dengan Kota Tegal terlihat jelas. Terutama di sektor industri dan perdagangan. Di samping peluang mendapat tenaga kerja lebih besar, lokasinya juga luas. Kabupaten sebagai lokasi pengolahan, penyedia tenaga kerja, sedangkan kota sebagai pemasaran dan tempat pengolahan akhir.............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar